Mahasiswa,
Pemerintah dan Politik
MAHASISWA
merupakan penggerak perputaran roda dunia, pelopor dan sekaligus agen perubahan
(agent of change) menempati posisi tengah dalam strata intelektualitas sebuah
Negara, membuat mahasiswa bisa berpandangan global, yakni melihat kebawah
dengan pemikiran society dan melihat ke atas dengan pemikiran good governance.
Dalam sebuah pengertian yang sempit mahasiswa adalah sekelompok manusia yang
mngenyam pendidikan di perguruan tinggi, namun dalam artian yang lebih luas
mahasiswa adalah sumber daya manusia yang menjadi tonggak penggerak dalam
bidang ilmu pendidikan maupun penggerak keberlanjutan suatu system yang diwariskan
kepadanya baik yang menyangkut masalah agama, bangsa dan Negara. Mahasiswa yang
belajar di sebuah perguruan tingggi dengan jurusan keguruan (tarbiyah di
perguruan tinggi agama) akan mewarisi system untuk melanjutkan pengajaran dalam
bidang agamanya, sedang mereka yang dengan jurusan seperti administrasi,
pertanian, pertambangan, dll. Juga akan melanjutkan atau merubah suatu system
yang sudah dibuat demi terciptanya kehidupan yang lebih baik. Peran mahasiswa juga
tidak terlepas dari tingginya apresiasi dari government saat ini, karena dengan
perhatian dari pemerintah yang cukup dominan, mahasiswa pun dapat memberi
perhatian terhadap situasi lingkungan di daerahnya. Maka dengan begitu
keselarasan antara pemerintah dan mahasiswa akan membat suatu system pada
Negara atau daerah tersebut menjadi lebih baik.
Mahasiswa adalah sekelompok manusia yang juga
siap untuk menjalankan sistem dari sebuah Negara dengan mesin-mesin
intelektualnya. Dalam perjalanannya, mahasiswa sering dicap dan dinilai
negative oleh masyarakat dengan pandangan bahwa mahasiswa adalah orang yang
hanya bisa makan, tidur, belajar, tawuran, tukang rusuh dll. Bahkan yang makin
marak saat ini mahasiswa dinilai sebagai bagian dari penyebab bertambahnya
pengangguran di negeri ini, karena mereka menilai mahasiswa hanya sebagai kedok
kemalasan dalam bekerja. Itulah sebagian dari tantangan yang dihadapi mahasiswa
saat ini, dan pada kenyataannya tantangan tersebut menjadi lebih besar tatkala
mahasiswa benar-benar belum mampu menjawabnya.
Masalah lainnya
yang tak kalah penting adalah ketika mahasiswa terjebak dalam nuansa yang
membuatnya sulit berpikir dan mereka hanya menjadi bulan-bulanan permainan
politik para penguasa di negeri ini. hanya sebegitukah peran mahasiswa atau
memang permainan politik para penguasa yang begitu hebat? Semua itu memerlukan
pemberdayaan mahasiswa yang peka terhadap situasi dan kondisi yang cenderung
membuat nilai luhur kemahasiswaaan runtuh dengan persepsi masyarakat yang
negative. Dengan lebih memperhatikan gerak langkah oknum yang memanfaatkan
intelektualitas mahasiswa, akan menjadikan mahasiswa lebih responsive terhadap
pemanfaatan yang dilakukan oknum tersebut. Kemampuan intelektual yang terbatas dan
hanya terpaku pada bangku kuliah akan membuat mahasiswa dengan begitu mudah
dimanfaatkan oleh individual atau penguasa yang ingin mencapai tujuan dengan
mudah.
Ketika mahasiswa
mampu menempatkan dirinya sebagai independentman, maka situasi seperti diatas
akan mudah ditolak dan diatasi dengan nilai-nilai luhur kemahasiswaan.
Nilai-nilai luhur ini pun harus dijaga agar tidak ternodai oleh system politik
yang tidak sesuai dengan nilai luhur bangsa Indonesia. Disinalah peran
mahasiswa yang sebenarnya, yaitu tidak hanya duduk dibangku kuliah tetapi juga
ikut serta menjaga terciptanya bangsa Indonesia yang bermartabat tanpa cacat
politik dimata masyarakatya.
Sistem
perpolitikan dapat dinilai baik ketika
ia mampu membuat keselarasan antara pemerintah, pengawas politik, dan
masyarakat. Pengawas politik yang dimaksud adalah mahasiswa dan kaum
intelektual lainya yang benar-benar sebagai independentman, tidak terkait
ataupun ikut serta dalam politik. Jika independentman ini ikut serta dalam
ranah politik maka system politik akan menjadikan nilai-nilai luhur kemahasiswaan
ternodai. Cacatnya nilai luhur ini juga membuat cacatnya penilaian terhadap
mahasiswa oleh masyarakat yang juga akan menambah beban moral yang ditanggung
mahasiswa.
System politik
pun hendaknya tidak melibatkan mahasiswa untuk ikut dalam perpolitikan yang
sarat akan kepentingan –kepentingan individual. Dengan menawarkan keuntungan
kepada sekelompok mahasiswa agar mereka setuju dan mendukung arah politik yang
berkecamuk merupakan awal dari kecacatan politik yang di anut oleh individual
atau kelompok politik tersebut. Kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab
seperti inilah yang merusak citra bangsa yang juga berimbas pada kepercayaan
masyarakat terhadap suatu system pemerintahan di hari mudian.
Ketidakpercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan mahasiswa akan menimbulkan system yang tidak
sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia yang sebenarnya, karena masyarakat akan
menjalankan system sendiri-sendiri tanpa menghiraukan system yang dibuat dan
dianut pemerintah disuatu Negara atau daerahnya. Tentu ini merupakan suatu
kekacauan yang bermula dari kekacauan system politik yang sagat merugikan
Negara atau daerah tersebut. Maka dengan begitu hendaknya kekacauan system
politik jangan sampai berkembang khususnya dinegara kita yang tercinta ini. Hal
seperti inilah yang harus dicegah mulai dari saat ini agar terciptanya
keselarasan antara system dengan pembuat serta penggeraknya yaitu antara
pemerintah dan masyarakat termasuk mahasiswa, dan membuat terciptanya
masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur sesuai dengan tujuan bangsa
Indonesia pada pembukaan UUD 1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar